*Spoiler Alert: Review film Challengers mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Sebagian besar dari kamu pasti setuju bahwa Zendaya kini menjadi salah satu aktris Hollywood terpopuler yang kualitasnya patut diperhitungkan. Pada Februari lalu, Zendaya menampilkan akting memukau lewat Dune: Part Two (2024). Hanya dua bulan setelah tampil di Dune: Part Two, Zendaya kembali lagi memeriahkan layar lebar lewat film drama romantis terbarunya yang berjudul Challengers.
Challengers digarap oleh Luca Guadagnino, sosok yang sebelumnya juga menyutradarai Bones and All (2022), Suspiria (2018), dan Call Me by Your Name (2017). Selain Zendaya yang memerankan Tashi Duncan, film ini menampilkan dua aktor utama lainnya, yaitu Josh O’Connor sebagai Patrick Zweig dan Mike Faist sebagai Art Donaldson.
Challengers berkisah tentang dua sahabat pemain tenis, yaitu Patrick Zweig dan Art Donaldson, yang menyukai satu cewek yang sama, yaitu Tashi Duncan yang juga merupakan atlet tenis. Namun belasan tahun setelah pertemuan pertama mereka, Tashi akhirnya menikahi Art, bahkan menjadi pelatihnya Art. Hingga pada suatu pertandingan yang mempertemukan Art dan Partick, ternyata masih ada urusan yang belum selesai di antara ketiganya.
Kisah cinta segitiga yang dibalut dengan keseruan pertandingan tenis
Kisah tentang cinta segitiga sudah menjadi sesuatu yang lumrah dan sering kamu temukan di berbagai film, bahkan menjadi plot utama di Challengers. Untuk membedakan Challengers dan film tentang cinta segitiga lainnya, sutradara Luca Guadagnino dan penulis naskah Justin Kuritzkes menambahkan elemen tenis pada cerita di film ini. Yap, Challengers adalah kisah cinta segitiga di antara tiga pemain tenis, yaitu Tashi, Patrick, dan Art.
Seperti tipikal kisah cinta segitiga pada umumnya, Challengers menampilkan kisah cinta di antara cewek populer berbakat (Tashi), bad boy (Patrick), dan good boy (Art). Namun, hal klise tersebut bisa menjadi menarik ketika ambisi mereka kepada tenis punya peran besar dalam membentuk konflik untuk perjalanan hubungan ketiganya. Ambisi mereka kepada tenis turut menghilangkan kesan “menye-menye” pada kisah cinta film ini.
Challengers menampilkan kisah cinta Tashi, Patrick, dan Art dalam jangka waktu belasan tahun. Itulah sebabnya, penceritaan film ini hadir dengan alur maju-mundur yang mengajak penonton mengumpulkan berbagai potongan cerita antara ketiga karakter tersebut. Alur maju-mundurnya juga membuat pengalaman menontonnya tidak terasa datar.
Karisma Zendaya yang tidak terelakkan
Challengers menampilkan tiga pemeran utama, yaitu Zendaya, Josh O’Connor, dan Mike Faist. Setelah menonton filmnya, saya bisa bilang bahwa aktingnya Zendaya yang paling menonjol di antara ketiganya. Karisma Zendaya benar-benar begitu memancar di sepanjang filmnya, bahkan dia terasa seperti alfa di antara O’Connor dan Faist. Zendaya menjadi orang yang tepat sebagai pemeran utama di film ini.
Musiknya menimbulkan kesan fashionable pada filmnya
Sutradara Luca Guadagnino dan tim musik filmnya, yaitu Trent Reznor dan Atticus Ross, cukup banyak menggunakan musik tekno dalam penyajian filmnya. Sepanjang menonton filmnya, musik tekno yang ditampilkan Challengers mengingatkan saya kepada musik yang biasa diputar di fashion show.
Alhasil selama menonton filmnya, saya mendapatkan kesan fashionable terhadap filmnya karena penggunaan musik tekno tersebut. Bahkan pada beberapa momen, musik teknonya sengaja dibuat cukup berisik, tetapi malah menambahkan kesan dramatis untuk adegannya. Saya cukup terkesan dengan musik yang digunakan saat Tashi dan Patrick bertengkar di tengah badai.
***
Tidak hanya sekadar kisah cinta segitiga biasa, Challengers menambahkan intrik tentang persaingan dunia tenis profesional pada kisah cintanya. Zendaya benar-benar tampil sebagai alfa di film ini. Karismanya yang begitu kuat berhasil membuat karakter yang dia perankan di film ini terasa kuat secara effortless.
Setelah baca review film Challengers, apakah kamu jadi tertarik menonton film drama ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa bagikan pendapat kamu tentang film ini, ya!