*Spoiler Alert: Review film Exhuma mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Film Exhuma resmi menggebrak layar bioskop Indonesia mulai 28 Februari 2024. Film ini mengusung cerita rakyat Korea Selatan yang dirajut dengan nuansa spiritual, mistis, dan okultisme yang memikat.
Dibintangi oleh Choi Min-sik, Lee Do-hyun, Kim Go-eun, dan Yoo Hae-jin sebagai pemeran utama. Masing-masing membawakan karakter dukun, ahli feng shui, dan ahli pemakaman dengan sempurna. Dengan plot horor yang menegangkan, Exhuma telah menarik perhatian banyak penonton.
Dalam waktu singkat, jumlah penontonnya sudah mencapai 300 ribu, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu dari top 3 Penonton Film Korea Sepanjang Masa di Indonesia. Berdasarkan laporan CBI Pictures, keberhasilan ini menjadikan Exhuma sebagai fenomena dalam perfilman Indonesia, menggeser The Childe yang sebelumnya bertengger di posisi ketiga dengan lebih dari 200 ribu penonton.
Lantas, apa yang membuat Exhuma begitu diminati di bioskop Indonesia? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Review Film Exhuma, Horor Korea Mencekam tentang Shamanisme
Comeback Sutradara K-Occult
Sutradara Jang Jae-hyun comeback membawa film Exhuma ke layar lebar di bioskop seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebelumnya, sutradara ini yang sering disebut sebagai “ahli K-occult” ini juga berhasil membuat film yang nunjukin sisi serem dari shamanisme Korea, The Priest dan Svaha: The Sixth Finger.
Film Exhuma ini ceritanya tentang sekelompok orang eksorsis, tukang kubur, dan pakar feng shui yang dapet tugas menggeser makam keluarga kaya, dijanjikan duit yang besar.
Film ini dibagi jadi dua bagian besar. Bagian pertama fokus pada kelompok itu ngelakuin tugasnya ngeluarin makam dari tempatnya. Bagian kedua lebih ke cerita tentang mereka nyadar ada rahasia menakutkan di bawah peti mati yang mereka bawa keluar.
Exhuma punya usaha detail banget buat nunjukin adegan-adegan shamanisme Korea yang super-realistis, kayak proses penggalian tradisional dan ritual “gut” buat menenangkan roh-roh. Sentuhan kecilnya, kayak gimana ahli feng shui Korea melakukan tugas mereka – misalnya, mencicipi tanah buat nentuin kualitasnya, juga bikin semuanya keliatan beneran horor.
Arti dari Exhuma
Arti dari Exhuma mengarah pada proses fisik memindahkan jenazah yang sudah dimakamkan. Sebenernya, istilah ini juga cerita soal gimana jenazah yang sudah dikubur dan dipindahkan, biasanya buat investigasi kejahatan atau mungkin karena mau dipindahin ke tempat lain. Akan tetapi di film ini, istilah ‘Exhuma’ nggak cuma ceritain itu aja. Ada juga makna yang lebih dalam, yang buat kita mikir lebih dalam lagi.
Jadi, cerita di film ini mengambil titik berat dari makam itu sendiri. Makam jadi pusat perhatian yang ngungkapin konflik dan hubungan antar karakter yang rumit di masa lalu. Selain itu, film juga ngungkapin tema-tema penting kayak kegelapan, rahasia, dan perlawanan sama kekuatan supranatural yang sifatnya menghancurkan. Istilah ‘Exhuma’ di sini nggak cuma tentang proses fisik aja, tapi juga nambahin dimensi yang lebih mendalam buat cerita filmnya.
Angkat Topi untuk Para Pemain
Dengan pemain veteran yang bawain peran dengan apik, khususnya Kim Go-eun yang jadi eksorsis alias dukun muda Hwa-rim, yang berhasil bikin penonton ketar-ketir dengan lagu-lagu menakutkan, ramalan, dan doanya.
Ditambah lagi, akting penuh karisma dari Lee Do-hyun. Lee Do-hyun bener-bener ngasih kita tampilan yang beda dari yang biasa kita lihat. Sebelumnya kan kita udah biasa liat dia jadi siswa, mahasiswa, atau bahkan dokter yang selalu tampil rapi. Nah, kali ini, Lee Do Hyun bikin kita kagum dengan transformasinya yang sukses bikin penonton cewek teriak di bioskop karena tato di seluruh tubuhnya.
Gerakan dan perkataan Choi Min-sik tentang fengshui dalam film Exhuma memberikan nuansa keaslian dan kengerian yang kuat. Peranannya dalam film ini juga membawa penonton mengingat aksi gemilangnya di Oldboy (2003), sebuah karya besar dari Park Chan-wook yang termasuk dalam trilogi Vengeance.
Atmosfer Mencekam yang Tidak Konsisten
Meskipun aktingnya keren dan detailnya diperhatikan banget, Exhuma agak tersendat dalam ceritanya, nih. Filmnya memang terbagi dua bagian, dan sayangnya experience ketika nonton juga terbagi. KINCIR merasa bagian pertama lebih seram, sementara bagian kedua ceritanya lebih tentang sejarah traumatis di Semenanjung Korea.
Penjahatnya juga berubah-ubah, jadi kadang rasanya kayak nonton dua episode yang beda dalam satu film. Awalnya, film ini bikin tegang banget, tapi sayangnya intensitasnya mulai kurang di tengah-tengah cerita. Atmosfer yang dibangun dari awal mulai makin berkurang intensitasnya hingga akhir, karena konfilk yang membingungkan.
Konflik utama dalam film ini adalah bagaimana kerja sama antara Hwa Rim, Bong Gil, Kim Sang Duk, dan Ko Young Geun bisa mengakhiri teror iblis yang terus mengganggu keturunan klien mereka. Selama perjalanan, mereka sering kali membuat spekulasi tentang alasan mengapa iblis itu terus mengganggu keluarga mereka.
Namun, seringkali spekulasi mereka meleset, dari karakter iblis yang ternyata bukan manusia hingga strategi untuk mengalahkannya. Kombinasi fakta dalam film dengan spekulasi-spekulasi ini terkadang saling bertabrakan, dan bisa membuat penonton bingung.
Teka-Teki Hantu Shogun, Kakek Buyut keluarga Park, dan Biksu Gisune
Pada era kekuasaan Jepang di Korea, terjadi peperangan dengan elemen supranatural. Ada kisah tentang seorang jenderal Jepang alias Shogun yang kalah dalam perang dan dikubur hidup-hidup oleh seorang biksu jahat bernama Gisune. Biksu Gisune juga dikenal sebagai peramal terkenal bernama Murayama.
Gisune juga terlibat dalam penguburan salah satu orang terkaya di Korea, yakni kakek buyut keluarga Park. Usut punya usut, kekayaan sang kakek ternyata dari hasil menjual negaranya, alias dia jadi pengkhianat Korea. Makam sang kakek ditempatkan di atas pasak besi (makam shogun) yang digunakan sebagai simbol kekuasaan Jepang, yang konon menyebabkan terpecahnya Korea menjadi dua negara.
Keturunan keluarga Park terus mendapatkan teror karena posisi makam yang jelek menurut feng shui. Arwah sang kakek penuh amarah karena tak satupun dari keluarga memindahkannya, hingga dia membunuh keturunannya.
Semua disebabkan oleh biksu Gisune, yang sebenarnya adalah siluman rubah. Biksu yang bisa menciptakan banaspati ini terlibat dengan motivasi yang jahat untuk kepentingan Jepang. Gisune dianggap sebagai pemicu konflik supranatural antara keluarga Park dan Jepang.
Berkat alur dan teka-teki tersebut, Exhuma menggabungkan berbagai unsur seperti paranormal, mistis, cerita rakyat Korea Selatan tentang kehidupan dan kematian, unsur feng shui yang sering diyakini oleh masyarakat Asia Timur, hingga skeptisisme masyarakat modern terhadap hal-hal yang bersifat gaib.
Semua elemen ini memberikan kedalaman pada plot cerita film dan mengundang penonton untuk menjelajahi konflik utamanya dengan lebih mendalam, terutama tentang sejarah peperangan Korea dan Jepang.
***
Jika kamu menikmati film-film tentang supranatural, shamanisme, dan eksorsisme, Exhuma bisa menjadi pilihan menarik untuk ditonton di bioskop. Apakah sudah ada rencana untuk menontonnya?